Sabtu, 12 Maret 2011

Perhentian I: Yesus dihukum mati



Hukuman mati bagi Yesus adalah ulah para provokator yang tidak senang kepada Yesus. Yesus tidak bersalah tapi harus menerima siksaan, cercaan, cambuk duri dan memanggul salib. Penguasa yang seharusnya menjadi tumpuan harapan orang lemah, malah mematikannya. Hukuman mati di kayu salib hanya dijatuhkan kepada penjahat besar. Maka Yesus dianggap penjahat besar. Padahal yang jahat adalah hati kita sendiri, yang tidak mau peduli kepada sesama yang tidak berusaha untuk menciptakan persatuan, yang curiga kepada orang lain. Bahwa Yesus rela menerima hukuman mati di kayu salib adalah karena cinta-Nya kepada manusia. Dengan sengsara dan wafat-Nya, Yesus tidak hanya menebus dunia, tetapi juga mempersatukan seluruh umat manusia menjadi satu kawanan yang amat disayangi-Nya.

Renungan singkat
Dengan menyaksikan hukuman yang dijatuhkan kepada Yesus sekalipun Ia tidak bersalah. Kita diajak untuk “tidak main hakim sendiri” hukum untuk menghukum sesama. Kita juga diajak untuk tidak memprovokasi masa untuk kepentingan sepihak. Dan diatas semua itu sebagai murid Yesus kita diminta untuk siap sedia menanggung beban penderitaan sekalipun itu sangat berat dan menyakitkan.

Marilah Berdoa
Ya Yesus, Engkau rela menerima hukuman mati karena kasih Mu teramat besar kepada umat manusia. Maka keputusan yang tidak adil dan dijatuhkan kepadaMu adalah gambar kedengkian kami. Namun Engkau tidak membalas kedengkian itu, melainkan menerimanya dengan sabar, demi kesetiaanMu kepada Bapa yang mengutusMu, yang adalah sumber cinta kasih. Yesus, guru dan teladan kami, ajarilah kami melaksanakan cinta kasih kepada sesama. Bantulah kami melaksanakan pembaharuan pola hidup, yakni menggalang persatuan dan menumbuhkan solidaritas yang tinggi atas dasar keadilan dan cinta kasih. Karena tanpa keadilan dan cinta kasih, persaudaraan yang diharapkan menjadi perekat persatuan yang diharapkanm, tidak akan muncul, melainkan akan berbalik menjadi pemerasan dan penindasan. Amin

Jumat, 11 Maret 2011

warga Tobelo balik ke rumah

Warga Tobelo - Halmahera Utara sejak pkl 18.00 wit mulai mengungsi ke daerah yang dianggap relatif aman dan tinggi di wilayah ini. Warga mengunsi ke beberapa tempat seperti kantor bupati Halmahera Utara, Polres Halut dan perkantoran lainnya di sekitar itu, juga mengungsi ke tempat-tempat penginapan dan tempat umum yang ada di sekitar itu.
Warga kota Tobelo dan sekitarnya memang kelihatan panik karena dalam sekejap setelah menyaksikan kejadian Tsunami yang mendera Jepang dan tiba-tiba diinformasikan bahwa kemungkinan berlanjut ke Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua.
Namun, sesuai hasil pantauan kami sampai pkl 00.30 wit warga mulai berangsur-angsur pulang ke rumah masing-masing setelah mendapat informasi bahwa perkiraan Tsunami untuk beberapa daerah di indonesia dijabut.

Senin, 07 Maret 2011

MOROTAI, oooo MOROTAI


Pulau Morotai dengan luas wilayah 695 mil persegi/1.800 km². Pulau Morotai adalah nama sebuah pulau sekaligus Kabupaten definitif baru yang terletak di Kepulauan Halmahera, Kepulauan Maluku, Indonesia. Sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara, Pulau ini merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia.


Kabupaten Pulau Morotai diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara.

Sebagai sebuah Kabupaten membawahi 5 Kecamatan, yakni: Kecamatan Morotai Jaya, Kecamatan Morotai Selatan, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kecamatan Morotai Timur dan Kecamatan Morotai Utara. Dengan batas-batas sebagai Berikut:
Batas Wilayah Utara: Laut Halmahera
Batas Selatan: Selat Morotai
Batas Barat:  Laut Halmahera
Batas Timur: Laut Halmahera


Morotai dalam Ringkasan Sejarah

Selama abad ke-15 dan 16, Morotai berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate yang berkuasa. Merupakan inti sebuah kawasan besar bernama Moro yang termasuk pulau dan pesisir Halmahera yang dekat dengan Morotai ke selatan.


Pada pertengahan abad ke-16, pulau ini menjadi tempat misi Yesuit Portugis. Dalam situasi politik dan penyebaran agama zaman itu, pulau ini juga didatangi misionaris katolik dari Portugis. Kesultanan yang sudah berkuasa saat itu merasa tersaingi dan berusaha untuk mencegah misi itu dari pulau ini pada 1571, sebagai akibatnya Portugis hengkang dari kawasan itu. Pada abad ke-17, Ternate menggunakan kekuasaannya atas Morotai dengan memerintahkan berulang-ulang pada penduduknya agar pindah dari pulau itu. Pada awal abad itu para penduduknya pindah ke Dodinga, sebuah kota kecil di titik strategis pesisir barat Halmahera. Lalu pada 1627 dan 1628, Sultan Hamzah dari Ternate memerintahkan pindahnya penduduk Kristen ke Malayu, Ternate, agar lebih mudah dikendalikan.

Morati di Zaman PD II

Pulau ini menjadi lapangan terbang bagi Jepang selama PD II. Pulau ini diambil alih oleh angkatan Amerika Serikat pada September 1944 dan digunakan sebagai landasan serangan Sekutu ke Filipina pada awal 1945 serta ke Borneo timur pada Mei dan Juni tahun itu. Merupakan basis untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945 yang ditunda setelah penyerahan diri Jepang pada bulan Agustus.


Ekonomi

Pulau ini sebagian besar berupa hutan dan memproduksi kayu serta damar. Pulau ini sangat strategis sebagai jalur perdangangan di Timur Indonesia, memiiki kekayaan alam seperti Emas, biji besi, mutiara, dll. Juga potensi wisata bahari yang mempesona.



Morotai adalah pulau yang indah, juga meninggalkan banyak goresan sejarah lokal, nasional maupun internasional yang tidak diketahui oleh banyak masyarakat.

ayooooo...........jalan-jalan ke Morotai......

Minggu, 06 Maret 2011

Misa Pertama Imam baru P. Anton Mayabubun MSC di Tobelo

Penerimaan Imam Baru P. Anton Mayabubun MSC
di Depan Pastoran Gereja Katolik St. Maria Tobelo


Tarian adat Kei (Sosoi Beben evav) oleh ibu-ibu Kei di Tobelo saat menyambut Imam Baru


Pengalungan bunga pada Imam baru oleh anak-anak


Perayaan Ekaristi Kudus yang di pimpin oleh Imam Baru
di dampingi oleh P. Richardu Sukrisno Pr (Pastor Paroki), P. Viktor Sikteubun Pr (Rektor Seminari St. Yosep Tobelo) dan P. Frans Lesomar MSC (Karya Kategorial MSC Malut)