Hukuman mati bagi Yesus adalah ulah para provokator yang tidak senang kepada Yesus. Yesus tidak bersalah tapi harus menerima siksaan, cercaan, cambuk duri dan memanggul salib. Penguasa yang seharusnya menjadi tumpuan harapan orang lemah, malah mematikannya. Hukuman mati di kayu salib hanya dijatuhkan kepada penjahat besar. Maka Yesus dianggap penjahat besar. Padahal yang jahat adalah hati kita sendiri, yang tidak mau peduli kepada sesama yang tidak berusaha untuk menciptakan persatuan, yang curiga kepada orang lain. Bahwa Yesus rela menerima hukuman mati di kayu salib adalah karena cinta-Nya kepada manusia. Dengan sengsara dan wafat-Nya, Yesus tidak hanya menebus dunia, tetapi juga mempersatukan seluruh umat manusia menjadi satu kawanan yang amat disayangi-Nya.
Renungan singkat
Dengan menyaksikan hukuman yang dijatuhkan kepada Yesus sekalipun Ia tidak bersalah. Kita diajak untuk “tidak main hakim sendiri” hukum untuk menghukum sesama. Kita juga diajak untuk tidak memprovokasi masa untuk kepentingan sepihak. Dan diatas semua itu sebagai murid Yesus kita diminta untuk siap sedia menanggung beban penderitaan sekalipun itu sangat berat dan menyakitkan.
Marilah Berdoa
Ya Yesus, Engkau rela menerima hukuman mati karena kasih Mu teramat besar kepada umat manusia. Maka keputusan yang tidak adil dan dijatuhkan kepadaMu adalah gambar kedengkian kami. Namun Engkau tidak membalas kedengkian itu, melainkan menerimanya dengan sabar, demi kesetiaanMu kepada Bapa yang mengutusMu, yang adalah sumber cinta kasih. Yesus, guru dan teladan kami, ajarilah kami melaksanakan cinta kasih kepada sesama. Bantulah kami melaksanakan pembaharuan pola hidup, yakni menggalang persatuan dan menumbuhkan solidaritas yang tinggi atas dasar keadilan dan cinta kasih. Karena tanpa keadilan dan cinta kasih, persaudaraan yang diharapkan menjadi perekat persatuan yang diharapkanm, tidak akan muncul, melainkan akan berbalik menjadi pemerasan dan penindasan. Amin